4/29/2013

Senyum

Lengkungan senyum yag kau kembangkan
Membuat  perasaan yang tak dapat ku lukiskan
Entah mengapa aku bisa menanti saat-saat kau tersenyum
Sungguh senyum yang kau kembangkan membuat aku terhipnotis
Namun justru awal masalah yang ada pada hidupku
Babak baru dimulai, dimana permainan yang meengatasnamakan perasaan
Namun tahukah kamu
Senyummu yang penuh kamuflase
Sudah ku ketahui, tunggulah saat yang tepat sampai ku ungkapkan segala kebohongan senyummu


Nevandha az-zahra

4/26/2013

contoh review book dan summary



SUMMARY DAN BOOK REVIEW
MATAHARI PEMBARUAN: REKAM JEJAK KH.AHMAD DAHLAN


Summary                                                                                                                              
          Buku yang berjudul “ Matahari Pembaruan: Rekam Jejak KH Ahmad Dahlan” karya HM Nasruddin Anshoriy Ch, didalamnya terdapat lima bagian pembahasan. Pada bagian pertama berisi biografi dan pemikiran Ahmad Dahlan. Jika beliau ditarik secara silsilah bertemu pada salah satu walisanga yaitu Maulana Malik Ibrahim, dan Ahmad Dahlan adalah keturunan ke-12. Nama kecil beliau adalah Muhammad Darwis. Beliau adalah seorang ulama, pembaharu sekaligus pahlawan nasional. Beliau menjadi ketib amin tahun 1896 di Masjid Besar Yogyakarta, gajinya yang kecil sebesar tujuh gulden sehingga beliau sembari menjadi  pedagang batik.
 Biografi sosial beliau dapat dilihat dari keadaan sosial-kultural dimana terdapat beberapa penyimpangan dalam ajaran Islam, sebab ajaran Islam yang disiarkan oleh para wali belum sempurna. Dalam artian hanya sebatas ibadah, belum sampai kepada taraf memberikan ajaran yang termuat dalam Al-Qur’an secara utuh. Sehingga tumbuhlah rasa kecemasan pada diri Ahmad Dahlan dan berusaha memurnikan ajaran agama Islam.
Sedangkan biografi pendidikan yang dipaparkan dalam buku adalah beliau belajar pada ayahnya sendiri. Dan melanjutkan menuntut ilmu pada KH. Muhammad Saleh (fiqih), KH. Muhsin (nahwu), dan KH. Abdul Hamid di Lempuyangan. Saat menunaikan ibadah haji beliau berumur 15 tahun dan menetap selama lima tahun. Di Mekah beliau menuntut ilmu pada banyak ulama. Salah satu ulama yang terkenal yaitu Syaikh Ahmad Khatib al -Minangkabawi yang menetap di Mekah dan andalan bagi ulama-ulama asal Indonesia pada abad ke-20. Beliau pun melanjutkan menuntut ilmu ke Kairo. Saat itu Mesir terkenal dengan ulama-ulama pembaharu seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afgani dan Muhammad Rasyid Ridho. Beliau pun banyak mendapatkan pemikiran Islam modern tersebut.Dan beliau  membaca karya-karya mereka, sehingga ikut mempengaruhi pemikirannya. Semakin kerasnya bisikan-bisikan pembaharuan tersebut maka ketika beliau berada di tanah air membuat pembaruan-pembaruan di lingkungan Masjid Keraton Yogyakarta. Ulama tradisional merasa disepelekan namun beliau tetap tidak mundur. Sepulang dari tanah suci yang pertama nama Muhammad Darwis diubah menjadi Ahmad Dahlan.
Dengan adanya pemikiran-pemikiran modern, maka  beberapa langkah-langkah pembaharuannya adalah mengubah arah kiblat yang terjadi pada tahun 1898, dan hal ini mengundang rasa tidak senang dan tidak sepakat oleh Kiai Penghulu HM Kholil Kamaludiningrat dan memerintahkan agar masjid tersebut dibongkar. Selain itu beliau turut memberikan sumbangsihnya, pada pendidikan dan ilmu agama hal ini terwujud pada tahun 1911. Serta didirikannya Muhammadiyah di Nusantara pada tahun 1912, yang mempunyai tujuan agar umat Islam kepada Al-Qur’an dan Hadist. Tahun 1903 beliau menunaikan ibadah haji untuk kedua kali kali dan menetap selama dua tahun. Beliau kembali mendalami ilmunya pada guru-guru di haji pertama beliau sembari secara reguler mengadakan hubungan dan sosial-keagamaan dengan para ulama Indonesia yang lama bermukim di Arab Saudi.
Di bagian kedua dalam buku ini, memaparkan pembangunan etika masyarakat madani. Hal ini dilakukan oleh Ahmad Dahlan berupa pengamalan Q.S Al-Ma’un merupakan dimana tidak hanya membaca surat tersebut, namun merealisasikannya di kehidupan sehari-hari. Adanya era transformasi umat, dimana masa awal-masa awal pergerakan gerakan Kiai Ahmad Dahlan merupakan suatu era ilmu. Adanya sinergi antara ilmu pengetahuan dengan agama, hal ini dibuktikan dengan didirikannya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Menurut beliau pemisahan antara agama dan ilmu pengetahuan adalah akibat dari kolonialisme.
Adanya pembaruan agama untuk kebangkitan nasional, kelahiran Muhammadiyah bertugas menghilangkan suasana yang penuh kesuraman dan kepudaran yang melingkupi kehidupan agama Islam di Indonesia. Muhammadiyah berhubungan erat dengan organisasi politik yang berorientasi nasionalis seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam. Organisasi ini berhubungan erat dengan partai politik Islam Masyumi pada era Soekarno.
Pada bagian ketiga, menjadi Muhammadiyah melihat kembali pada sosok Ahmad Dahlan. Beliau adalah seseorang yang berjiwa pergerakan, selain hal tersebut beliau merupakan pedagang ulet. Saat beliau berdagang batik juga menemui alim ulama di sana untuk bermusyawarah dan bertukar pikiran tentang ajaran agama dan keadaan umat Islam di Indonesia. Beliau mengajak para ulama untuk menilai pelaksanaan ajaran Islam, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau belum. Para alim ulama diajak untuk memperbaiki keadaan umat Islam dan meningkatkan pengetahuannya.
  Bagian keempat, saat ini Muhammadiyah menginjak era Satu Abad seharusnya lebih matang, cerdas, dan besar. Para anggota Muhammadiyah sudah sepatutnya sejenak bernostalgia perihal Ahmad Dahlan. Dimana beliau mencoba melawan tradisi umat Islam dan rakyat negeri ini. Untuk sekarang, banyak hal yang harus dibenahi seperti  “Revolusi Kebudayaan”, tauhid sosial, kebangkitan kembali, dan agenda satu abad. Sehingga muncul Muhammadiyah jilid tiga yang bertumpu pada intelektual dan keberpihakan terhadap penderitaan. Selama ini munculnya pengklaiman “Al Qur’an dan Al-Hadist adalah harga mati” yang melekat pada keagamaan Muhammadiyah. Namun jika dilihat, sesungguhnya  Ahmad Dahlan berusaha memberikan tafsir secara kontekstual dan menggunakan akal serta realitas sosial. Dan munculnya kaum muda tersebut untuk melepaskan dari dominasi kaum konssrvatif dalam Muhammadiyah. Kaum konservatif tidak lagi progresif  menangkap terhadap tanda-tanda zaman. Mereka  terjebak pada aktivitas amal usaha praktis yang menjadi semacam ritual, seakan-akan tanpa kendali sehingga tidak memperhatikan kendali mutu dan paradigma keilmuan yang jelas.
     Bagian kelima berisi mutiara kata KH. Ahmad Dahlan seperti pemberian nama Muhammadiyah, dititipkannya Muhammadiyah, memajukan Muhammadiyah, kewajiban setiap orang , kemunduran umat, jadilah dokter, dokter perempuan, dan lain-lain.

 Review Book
Buku “ Matahari Pembaharuan” cukup bagus dari segi bahasa, bahasa yang digunakan dalam penulisan mudah untuk diserap, sehingga pembaca lebih mudah memahami. Dari segi isi, sangat mendidik dan buku ini memuat dari lahirnya Ahmad Dahlan sampai perkembangan Muhammadiyah sehingga mengerti tujuan awal Muhammadiyah didirikan dan biografi serta pemikiran Ahmad Dahlan,. Selain itu hal yang menarik  adalah pada bab kelima yang memuat kata mutiara beliau. Salah satunya yang begitu mengena adalah ajakan agar kaum wanita tetap belajar dan belajar. Dan mendorong agar wanita sudah saatnya untuk belajar dan tampil, namun guna keperluan kaum wanita sendiri. Dari kata mutiara ini dapat diambil kesimpulan bahwa wanita juga diwajibkan untuk menuntut ilmu.
 Namun  dalam buku ini terdapat juga beberapa kekurangan, seperti tidak dilengkapi biografi penulis, sehingga tidak mengetahui karya apa saja yang pernah ditulisnya dan tidak mengetahui kiprahnya sehingga tidak mengetahui keterkaitan penulis dengan tema. Tidak tercantumnya tahun lahir Ahmad Dahlan, sedangkan dapat kita ketahui tahun kelahiran adalah hal yang penting. Dan hal ini tampaknya luput dari pengamatan penulis. Pada referensi lain disebutkan bahwa beliau terlahir pada 1868.[1] Selain itu isi dari buku ini lebih mengarah pada Muhammadiyah dibandingkan dengan Ahmad Dahlan sehingga agak tidak sesuai denagan judul buku. Beberapa peristiwa pun tidak tertulis dalam buku ini, seperti penggantian nama Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan. Pada salah satu referensi  nama Ahmad Dahlan merupakan pemberian dari gurunya yaitu Sayyid Bakri Syatha’ setelah selesai melaksanakan ibadah haji. Di dalam buku ini tidak disebutkan secara rinci kitab-kitab yang dibaca oleh Ahmad Dahlan, sedangkan kitab-kitab tersebut turut mengambil andil dalam pemikiran beliau, beberapa kitab-kitab tersebut sebagai berikut:
1.      Kanz al-Ulun
2.      Risalat Tauhid karangan Muhammad Abduh
3.      Fil al- Bid’ah  karangan Ibnu Taimiyah.[2]  dan lain-lain


[1] H.M. Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama Nusantara, (Jakarta:Gelegar Media Indonesia,2009),hlm.179
[2] Burhanudin, Skripsi, Sikap dan Pemikiran KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga,2003),hlm.42-43

4/07/2013

Sepucuk Surat Untuk Kekasih


Yogyakarta, 08 April 2013

Kekasihku..
Entah berapa kali ku harus katakan kepadamu
Q tak sedikitpun pantas untukmu
Begitu banyak kekurangan yang jelas di depan mata 
sedangkan kau begitu banyak kelebihan yang jelas melekat pad dirimu

Kekasih ku,,,,,
Sadarkah kau, sejatinya q teramat mencintaimu,,,
Namun jurang perbedaan, rasanya tak dapat di elakkann lagi
Q tak ingin hanya menjadi belenggu bagimu
Yang sedang menampakkan geliat karyamu
Hanya aku yang tahu betapa aku tergila-gila terhadapmu
Begitupun dengan karyamu
Rasanya tak bosan aku pada karya-karya mu ,yang begitu memanjakan nilai seni dan eksplorasi rasa yang ada

Kekasihku,,,
Maafkan aku jika mulai menjauh darimu,,,
Karena q merasa tak pantas jika bersanding denganmu
Dan q pergi ,,,
Hanya demi masa depanmu, bukan karena tak mencintaimu lagi
Dan Q akan tersenyum bahagia jika kau kelak berhasil
Bukankah sebuah cinta membutuhkan pengorbanan untuk orang yang dicintai dan dikasihi??

nevandha az-zahra