Revisi
HISTORIOGRAFI
INDONESIA: SARTONO KARRTODIRJO
Makalah ini disusun guna memenuh tugas Historiografi
DosenPengampu:
Herawati
Oleh:
FitraFadhliPrilana 12120007
UswatunChasanah 12120058
Dwi Nanda NurAmalia 12120096
PROGRAM
STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS
ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Historiografi di Indonesia
memiliki beberapa fase perkembangan yaitu tradisional, kolonial dan modern
(nasionalisme). Fase tradisional terkenal dengan penulisan untuk
raja-raja. Bersifat istana-sentris dan penulisannya merupakan “pesanan dari penguasa.
Pada masa ini bisa diibaratkan sejarah milik penguasa atau orang
besar. Sedangkan pada fase berikutnya yaitu masa colonial. Pada masa colonial,
isi dari historiografinya adalah bangsa Indonesia
sebagai objek. Seiring perkembangan zaman dan keilmuan maka datanglah babak baru berupa historiografi fase nasionalisme.
Historiografimasanasionalismemelahirkantokoh-tokohantaralainHuseinDjayadiningratdanSartonoKartodirjo.
DalamkaryaHuseinDjayadiningrat,
iamembahastentangsejarahBantennamunhistoriografinyamasihbersifatfilologis.SedangkankaryaSartonoKartodirjomempunyaikontribusidaambidangpendekatanilmu
social.Salah satukaryaSartonoKartodirjoadalahPemberontakanPetaniBanten 1888.Di
dalamnyaterdapataplikasiteoriataupemikirannyadalambentuktulisan.
PemberontakanPetaniBanten 1888 merupakankarya yang
memberikansebuah “contoh”
historiografidalamwarnabaru.Warnatersebutberupapendekatan,
pembatasandaerahdanwaktu, lebih focus, dan lain-lain.Dari unsur-unsuritulah
yang membuatpenyusuntertarikuntukmenelusuridanmembahaslebihjauh.
B.
RumusanMasalah
Berdasarkanlatarbelakangdiatasmakapenyusunmengajukanbeberaparumusanmasalahantara
lain:
1.
BagaimanakahbiografiSartonoKartodirjo?
2. BagaimanakahbentukhistoriografiSartonoKartodirjodalamkaryaPemberontakan PetaniBantenTahun
1888?
3.
ApakelemahandarihistoriografiSartonoKartodirjo?
PEMBAHASAN
A. BiografiSartonoKartodirjo
Sartono Kartodirjolahir di Wonogiri padatanggal 15
Februari 1921.Tahun 1956 iamenamatkanstudi di FakultasSastraUniversitas
Indonesia. Selanjutnyaiamenamatkanpascasarjanadenganmemperolehgelar M.A
dariUniversitas Yale, AmerikaSerikat. Program “doctor” dapatdiraihnya di
Universitas Amsterdam (Belanda) denganmendapatpredikat cum laude.Disertasinyaberjudul“The Peasant Revolt of Banten 1888”merupakanbentukaplikasiteorikedalampraktekberbentuktulisan.
Pengalamandalammengajarcukupbanyak, dimulaidaritahun
1957 sebagaistafpengajar di FakultasdanSastraKebudayaanUniversitas Gajah
Mada.Tahun 1964 diangkatsebagai Guru BesarSejarahpadaFakultasSastradanKebudayaanUniversitasGadjahMada.Kariernya
pun melejit, terbuktipadatahun 1974 diangkatmenjadi Guru
BesarLuarBiasadalamSejarahpadaFakultasSastraUniversitas Indonesia.
Dalamorganisasi, iamengikutibeberapaorganisasiantaralain History Project Southeast Asian Studies
Program, MasyarakatSejarah Indonesia, International Association of Historian of
Asia dan lain-lain. Hampirseluruhkegiatannyadihabiskandalambidangpenelitiandankegiatanilmiah.Adapunkarya-karya
yang diahasilkansebagaiberikutPerkembanganPeradabanPriyayi, Modern Indonesia: Tradition and Transformation,
PemberontakanPetaniBanten 1888, dan lain-lain
B.
HistoriografiSartonoKartodirjodalamkaryaPemberontakanPetaniBanten
1888
Dari
beberapakarya yang ada,PemberontakanPetaniBanten 1888dijadikansebagaiacuandasardalampembuatanmakalahininamuntidakmenafikanadanyasumber-sumber
lain. Jikaditelusuridalamkaryaini,
Sartonomemberikanpendekatan multidimensional padahistoriografi.
Pendekataninitidakhanyaterbataspadasejarahsaja.Karenasejarahmembutuhkanilmu
social karenakeduanyasalingterhubungdanmemberikankontribusi.[1]
Selainitu,
dalamkaryainimemberikansebuahperspektifbarudalamhistoriografi di Indonesia
karena di dalamnyaterdapatpenjelasandanperbandinganreferensigunamembedakankaryanyadengankarya-karyatokoh
lain yang berkaitan.
Mungkinjikadirelasikandengansekarangdisebutkajianpustakadalamkaryailmiah.Pembahasantersebutdapatdilihatpada
sub baborientasi-orientasihistoris yang ada. Didalamnyaterdapatpembahasantentangkarya-karya
yang
sudahadasebelumkaryanyaditerbitkandiimbangidengankritiknyaterhadapkarya-karyatersebut.Adanyahal
yang berbedadalamhistoriografinyayaitusebuahpengambilansebab-sebab yang
terjadisehinggasejarahbersifatmenguraikanbukanhanyasebuahdeskripsiperistiwa.
Latarbelakangpenulisankaryainiyaitumengawalipenulisansejarah
Indonesia tidakhanyamilikpenguasatetapi orang biasa pun
mampumenjadipelakusejarah.SehinggaSartonomengangkattemagerakan social
yaitupemberontakanpetani. Apabiladalampenulisansejarahresmi yang berpusatpada
raja (raja-sentrisme) ataupadaperananpenguasaBelanda( Neerlando-sentrisme)
peristiwasejenisitusamasekalitidakdisinggungdanpetanidianggapsebagainon factor.
[2]Menurutsejarah
colonial padaakhirabad ke-19 terciptalahPaxNeerlandica[3]namunjikadiperhatikanapa
yang bergolak di bawahpermukaanituternyataterjadipergolakan yang
terusmenerusdimanaterjadipergolakan di daerahpedesaan.
GerakanprotespetaniBantendisebabkanadanyaaruskolonialisasi yang
masuksepertikebijakan yang mengaturkepemilikantangah.Sehinggaterjadikonflikantara
elite tradisionaldengan elite modern.Karena elite tradisionalmampumemobilisasimasyarakattradisional.Hal
inidapatdiketahuibahwapenilaianmasyarakattradisionalterhadap colonial
yaitunegatif.Makamerekamemilihuntukmelawandanikutpadabaris elite tradisional .
Dalambukuinidijelaskanbahwapetani
yang dimaksudbukanhanyapetani yang mencangkul di sawahnamuntermasuktuantanah.
Pemuka-pemuka agama yang berprofesipetani pun menjadipemimpinnya.Jadianggota
yang direkrutadalahpetanidanpenggeraknyaadalahtokohmasyarakatatau agama.Jadi,
petanitidaktahuatausamar-samarmengertitujuanmerekamemberontak.[4]
C.
KelemahanHistoriografiSartonoKartodirjo.
DalamhistoriografiSartonoKartodirjo,
penyusunmenemukankelemahannyayaitupengetahuansejarawantentangpendekatan
multidimensional,belumtentu
bias dipakaikarenakemampuansejarawantakbisadiambilsecara rata
dalamsegikeilmuan. Sehinggaperlupenguasaanilmu
sosiallain untuk menunjang pendekatan tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
SartonoKartodirjolahir di Wonogiripadatanggal 15 Februari
1921.Tahun 1956 iamenamatkanstudi di FakultasSastraUniversitas Indonesia.
Selanjutnyaiamenamatkanpascasarjanadenganmemperolehgelar M.A dariUniversitas
Yale, AmerikaSerikat. Program “doctor” dapatdiraihnya di Universitas Amsterdam
(Belanda) denganmendapatpredikat cum laude.Disertasinyaberjudul“The Peasant Revolt of Banten 1888”merupakanbentukaplikasiteorikedalampraktekberbentuktulisan.
Pengalamandalammengajarcukupbanyak, dimulaidaritahun 1957 sebagaistafpengajar
di FakultasdanSastraKebudayaanUniversitas Gajah Mada.Tahun 1964 diangkatsebagai
Guru BesarSejarahpadaFakultasSastradanKebudayaanUniversitasGadjahMada.Kariernya
pun melejit, terbuktipadatahun 1974 diangkatmenjadi Guru
BesarLuarBiasadalamSejarahpadaFakultasSastraUniversitas Indonesia.
Historiografi
yaitu pendekatan multidimensional. Dalam pendekatan ini menggunakan ilmu
sosial. Ilmu tersebut antara lain sosiologi, antropologi, dan lain-lain. Selain
itu, pembahasan jauh lebih fokus dengan adanya batasan-batasan masalah. Selain itu terdapat faktor-faktor terjadinya
peristiwa tersebut. Historiografinya bersifat kritis. Karena ia bersifat
menguraikan bukan hanya menceritakan.
Dari
historiografi yang disebutkan diatas tentu memiliki kekurangan. Kekurangan yang
berhasil penyusun temukan yaitu adanya kesulitan dalam pendekatan
multidimensional. Karena pendekatan ini membutuhkan pengetahuan yang diperlukan
yaitu ilmu sosial.
[1]TediPermadi,
PendekatanIlmuSosialDalamMetodologiSejarah
( KaryaSartonoKartodirjo)”, dalamResume Buku, Program StudiBahasadanSastra
Indonesia.FakultasPendidikanBahasadanSeni.UniversitasPendidikan Indonesia, hlm
5
[2]SartonoKartodirjo, Kebudayaan
Pembangunan dalamPerspektifSejarah. 1994.(GadjahMada University
Press:Yogyakarta). Hlm 150
[3]PaxNeerlandicamengacukepadaperiodekekuasaan
colonial Belanda di Indonesia dimanaketentramandanketertibanharusditegakkan di
seluruh Nusantara; apa yang dinamakanpasifikasi di banyakdaerah di luarJawa
(Outer Provinces) ketikaitusudahberakhir. ( SartonoKartodirjo,
PemberontakanPetaniBanten 1888, 1984, ( PT. DuniaPustaka Jaya, Jakarta).
No comments:
Post a Comment